Selasa, 17 Agustus 2010

SUPER PRO

Sebuah catatan menjelang detik Proklamasi Kermerdekaan .

Bung Karno pada 1933 telah menyatakan : “Bilapecah perang Asia – Pacific maka INDONESIA AKAN MERDEKA”. Dan sejak dasa warsa dua puluhan Bung Karno telah mempersiapkan itu semua. Pro kontra terhadap sosok Bung Karno memang tak dapat dihindari sejak pra kemerdekaan, karena ada satu yang terlupakan bahwa sisi isoteris yang tersirat dan atau yang batin jarang dipadukan dalam setiap memandang sesuatu.

Bahkan hingga kini dengan adanya gerakan “DESOEKARNOISASI”,masih menyisakan banyak penilaian yang nyinyir, tidak fair dan cenderung membabi buta, tidak saja oleh sesama anak bangsa akan tetapi banyak pula kaum orientalis dan atau sejarawan barat yang sering melupakan sisi terdalam tersebut!

Sebagai fakta sejarah, bagaimana tokoh Chairul Saleh seorang pemuda yang amat progresif revolusioner sebagai pemimpin pergerakan kaum muda selalu saja berseberangan dengan Bung Karno, sehingga terjadilah tragedy “PENCULIKAN” yang dibawa ke Rangasdengklok untuk dipaksa agar segera meproklamirkan kemerdekaan R.I yang usianya persis genap 65 tahun yang lalu.

Tentu tidaklah bijak bila Bung Karno harus memaparkan secara detail tentang restu penggunaan tgl. 17 itu dari sesepuh yang dituakan dan dihormatinya. Simaklah perdebatannya saat para pemuda mendatangi kediamannya pada 15 Agustus 1945, Bung Karno menyatakan bahwa “Saya menghadapi pihak Pemuda; Pemimpin Tua dan pemimpin Agama. Syahrir menarik saya ke jurusan tertentu, Hatta juga menarik saya ke arah tujuan tertentu. Tapi saya harus mengikuti hati nurani saya sendiri”! (hatinurani saya sendiri inilah yang tidak terjabarkannya). Nah jiwa Bung Karno yang dipengaruhi oleh factor Gemini itu, tidak selalu orang yang dituakannya senantiasa nasehatnya dituruti apabila tidak sejiwa dengannya seperti pada saat pernikahannya dengan Utari putri tokoh kharismatik yang sekaligus gurunya, HOS. Tjokroaminoto nyaris batal karena hanya urusan pakaian yang diharuskan oleh penghulunya. BungKarno di samping hormat dan bektinya kepada ke dua orang tuanya, menunjukkan kebesaran jiwanya, seperti saat sedang berpidato di Surakarta saat memandang hadirin di depannya sekejab tak disadari saling berpandangan dengan guru yang ia hormati. Tak ayal Bung Karno pun segera turun podium & menyalaminya. Nah adakah pemimpin kita seperti itu ?

h danJusuf Kunto melanjutkan perjalanannya ke Oranye Boulevard (sekarang Jl. Diponegoro) rumah BungHatta. Setibanya, Bung Hatta menyambutnya dengan nada marah : “Apa maksudmu ? “Sukarni menjawab : “Bung lekas – lekas bersiap keadaan sudah memuncak genting. Rakyat sudah tidak sabar lagi menunggu. Belanda & Jepang sudah bersiap – siap pula untuk menghadapi segala kemungkinan. Pemuda & rakyat tidak berani menanggung akibat apa yang akan terjadi jika Saudara masih tinggal di dalam kota”!. Sebaliknya dr. Muwardi setelah sampai dikediaman Bung Karno digelayuti rasa takut sehingga begitu enggan untuk membangunkan Bung Karno karena menganggap jam – jam seperti itu Bung Karno sedang tidur nyenyak. Kemudian setibanya kembali Winoto Danuasmoro dan Chairul Saleh baru ia memiliki keberaniannya lagi. Mereka tidak menyangka bahwa penghuni rumah, pada saat yang gawat itu sedang galau, terjadi perang batin atas persoalan cara menyatakan kemerdekaan bangsa dan mengenai prosedurnya. PPKI yang dipimpinSoekarno – Hatta oleh kalangan pemuda dianggap “bikinan Jepang”. Maka Bung Karno tak dapat tidur dan duduk sendirian di ruang makan sambil makan saur. Maka dini hari itu saat para pemuda tersebut datang lagi dengan mengendap – endap Bung Karno melihatnya. Para pemuda seraya menyandang pistol dan sebilah pisau panjang dengan mata membelalak berseru : “Berpakaianlah Bung …., sudah tiba saatnya”.Kegaduhan seketika terjadi dan kemudian Bung Karno masuk kamar menyampaikan kepada Bu Fat bahwa ia akan dibawanya ke luar kota. Fat ikut apa tinggal ? Tanya BungKarno. Fat sama Guntur ikut. Kemana Mas pergi di situ aku berada juga! Jawabnya.(sungguh mengharukan keselamatannya pun mereka pertaruhkannya).

Tak ayal, di luar sudah menunggu sebuah sedan Fiat hitam kecil dan ternyata Bung Hatta sudah ada di dalamnya. Mereka berempat duduk di belakang sementara Soekarni dan Winoto Danuasmoro bersama seorang supir duduk di depan, dan di pagi buta itu mobil meluncur ke arah timur. Sesampainya di Cipinang terpaksa mereka harus pindah mobil menggunakan truk Syodanco Singgih, karena susu bubuk bayinya Guntur tertinggal , maka Fiat tesebut kembali untuk mengambilnya. Dan Bung Karno – Bung Hatta diberikan pakaian seragam Peta untuk digunakannya. Truk segera meluncur dikawal oleh sepasukan Peta anak buah Singgih mengawal rombongan tersebut sampai di tempat tujuan.

Jam 0600 rombongan telah tiba di Rangasdengklok setelah berkali – kali melewati tempat pemberhentian dan menyeberangi sungai karena suasana yang dianggapnya tidak kondusif berhubung tentara Jepang senantiasa mengawasinya di manapun mereka berada. Setelah rombongan singgah di rumah Camat, kemudian di sebuah pondok bambu berbentuk panggung di tengah persawahan , setelah mendapat sarapan pisang rebus kemudian pindah lagi kesurau dan pada jam 0810, Syodanco Singgih dari Daidan Jakarta memasuki asrama PETA (kediaman Cudanco Subeno kemudian berita “Jakarta sudah mulai” diteruskan pula kepada Syodanco Oemar Bahsan dan memintanya untuk menemui Sukarni dan dr. Sutipto Gondoamidjojo. Para tamu yang berada di Cudanco Subeno kemudian dipindahkan kesebuah rumah di luar pagar Cudan di sebelah utara yakni rumah Djiauw Sie Siong (versi Bu Fat) atau I Song (versi Oemar Bahsan) sekalipun halamannya dipenuhi kotoran babi toh dianggap yang paling layak di wilayah Rangasdengklok untuk mengadakan negosiasi. Pemilik rumah dilarang pergi dan harus merahasiakan atastamu – tamunya tersebut.(hingga saat ini rumah tsb. kondisinya sangat memperihatinkan dan akankah bernasib sama dengan Monumen Jenderal Soedirman di Pacitan itu ?). Tak lama terjadilah perdebatan panas, Soekarni berkata : “Revolusi berada di tangan kami sekarang dan kami memerintahkan Bung, kalau Bung tidak memulai revolusi siang ini, … lalu …”.! “Lalu apa ?’, hardik BungKarno sambil beranjak dari kursinya, dengan kemarahan yang menyala – nyala.Semua yang hadir terkejut, dan anehnya tidak seorang pun yang berani bergerak atau beranjak serta berbicara, wajah – wajah semua tertunduk dalam degub jantung yang menguras adrenalin. Suasana tenang kembali setelah Bung Karno duduk. Dengan suara rendah ia mulai berbicara; “Yang paling penting dalam peperangan & revolusi adalah saatnya yang tepat. Di Saigon, saya sudah merencanakan seluruh pekerjaan ini untuk dijalankan tanggal 17!”. “Mengapa justru diambil tanggal 17, mengapatidak sekarang saja?, atau tanggal 16 ?” ,tanya Soekarni. “Saya orang yang percaya mistik. Saya tidak dapat menerangkan dengan pertimbangan akal, mengapa tanggal 17 lebih memberikan harapan kepadaku. Akan tetapi saya merasakan di dalam kalbuku, itu adalah saat yang baik. Angka 17 adalah angka yang suci. Pertama – tama kita sedang berada dalam bulan suci Ramadhan, waktu kita semua berpuasa. Ini berarti saat yang paling suci bagi kita. Tanggal 17 besuk hari Jumat, hari Jumat itu Jumat Legi,Jumat yang berbahagia, Jumat suci. Al – Qor’an diturunkan tanggal 17, orang Islam sembahyang 17 rakaat. Karena itu kesucian angka 17 bukanlah buatan manusia” !.

Demikianlahantara lain dialog dan perundingan antara Bung Karno dengan para pemuda di Rangasdengklok, saat itu. Setelah disepakati maka mereka makan masakan Mang Irun, Mang Erman, Bik Nari, Mang Ilyas dan lain sebagainya kemudian istirahat – tidur berpencar di tempat pilihannya masing – masing termasuk di dapur. Sebaliknya di Jakarta pun tak kalah sibuk & menegangkan. Chairul Saleh pada 16 Agustus 1945 jam 09.00 mengadakan pertemuan antara Pemuda yang diwalili oleh Chairul Saleh dengan Peta. Daidan Jakarta diwakili oleh Latif Hendraningrat. Pembicaraan diadakan di Kebun Binatang Cikini yang letaknya berdampingan dengan Asrama Cikini 71. Mereka berdua mengadakan pembicaraan rahasia di restoran Kamar Bola. Sedangkan pemuda lainnya berpencar menjaga keamanan mengantisipasi bila Jepang tiba – tiba mengadakan penyerbuan. Chairul kemudian melakukan pertemuan dengan kelompok pemuda lain di Jl. Bogor Lama (sekarang Jl. Saharjo) di rumah Maruto Nitimihardjo. Sambil menanti datangnya kabar dari Rangasdengklok mereka pun mempersiapkan teks Proklamasi.

Hariitu pihak intel dan polisi Jepang telah mencium hilangnya Bung Karno – BungHatta apa lagi Laksamana Maeda yang sampai sebegitu jauh tetap memelihara hubugan dengan Soekarno menugaskan pembatunya Nishijima untuk mencari tahu dimana kedua pemimpin Indonesia itu berada. Akibatnya diadakanlah penangkapan – penangkapan terhadap Mr. Yamin dan Syarib Thayib.Mereka dianggap mengetahui golongan mana yang menangkap Bung Karno – Bung Hatta. Chairul lolos karena tidak ada di tempat dan ayah Bu Fat pun ikut dicomot Jepang dibawa ke Kempetai. Subardjo dan Mbah Diro menghubungi Chairul Saleh dan Wikana untuk saling berkerja sama,tawaran tersebut tentu diterimanya. Maka Subardjo dengan Mbah Diro diputuskan dengan diantar oleh Jusuf Kunto untuk menjemput Bung Karno – Bung Hatta ke Rangasdengklok. Kuatir usaha Mr. Subardjo akan menggagalkan rencana “pimpinan van aksi” dan bisa membawa Soekarno – Hatta pada suatu kompromi dengan Jepang dalam bentuk mengintrusksikan kemerdekaan hadiah, maka Wikana segera memerintahkan anak buahnya untuk mencegat mereka di jalan yang menjadi pintu keluar masuk Jakarta.Ternyata tindakan itu sudah terlambat, namun toh malam harinya di ulangnya lagi. Ditentukan agar Mr. Subardjo dkk. sekembali dari Rangasdengklok, bersama maupun tidak bersama Soekarno – Hatta, segera datang ke salah satu markas pimpinan van aksi. Akan tetapi ternyata Wikana menunggunya dengan sia – sia, karena tugas tidak terlaksana sebagaimana yang mereka harapkan.

Kembali situasi di Rangasdengklok, pada jam 1700tiba – tiba muncullah Sukardjo, Sucokan (Residen) dengan berpakaian Jawa datang dari Jakarta kemudian disusul pula oleh Soebardjo yang diberi tugas untuk menyusul Bung Karno – Bung Hatta. Petang itupula diputuskan pulang ke Jakarta dan Soekarni senantiasa gelisah apa lagi melihat api berkobar – kobar di depan seraya mengatakan bahwa di Jakarta pemuda – pemuda sudah mulai berontak.Kata Sukarni berkali – kali! Sebaliknya Bung Karno dan Bung Hatta tak sedikitpun percaya bahwa api itu tanda pemberontakan. Maka diputuskan untuk didekati saja dan ternyata keyakinan Dwitunggal benar adanya karena yang ada api tersebut hanyalah dari nyala pembakaran jerami saja. Dan kemudian semuanya tertawa. Bung Karno nyelethuk : “Itulah revolusi di Jakarta. Hai pemuda – pemudamu yang berevolusi itu ?.

Itulah gurauan Bung Karno kepada Soekarni. Tepat 16 Agustus 1945 jam 20.00 rombongan tiba di rumah Bung Hatta. Tak lama kemudian Bung Karno dengan Bung Hatta segera menuju ke kediaman Laksamana Muda Maeda Tadhasi guna memimpin rapat. Sementara Fatmawati dan Guntur kembali ke rumahnya di Pegangsaan Timur No. 56 dan disana telah menunggu S. K. Tri Murti dan Sayuti Melik serta beberapa pemuda. Orang tua Bu Fat ternyata tidak di rumah karena sepeninggal Bung Karno ia ditahan oleh Kempetai. Sebelumrombongan tiba dari Rangasdengklok ternyata berbagai kelompok telah mengetahuibila Bung Karno dengan Bung Hatta akan kembali ke Jakarta, dan orang – orang yang dekat dengan Kaigun (Angkatan Laut) pun sudah dikerahkan untuk menyambut kedatangan rombongan tersebut di rumah Lakda Maeda (karena bila di tempat lain pasti akan digagalkan oleh serdadu Jepang sementara di kediaman Maeda memiliki status “hakekstra territorial”. Nampak BM. Diah dari harian Asia Raya, Sayuti Melik yang belum lama keluar dari bui & Iwa Kusuma Sumantri, sudah siap menanti kedatangan Bung Karno – Bung Hatta di ruang depan. BulanPuasa tak sedekitpun mengurangi gerak dan langkah perjuangan mereka dan itulah esensi ibadah dan bakti sucinya terhadap Ibu Pertiwinya itu yang begitu mulya.

H. 17 AGUSTUS 1945, DETIK – DETIK PROKLAMASI

MalamJumat Legi, 8 Ramadhan 1364 H atau 9 Poso 1876 SJ, setelah masing–masing mengambil tempat dan melepaskan lelah sejenak, Soekarni danChairul Saleh berangkat ke Manggarai menjumpai Syahrir, Maruto, Pandu,Adam Malik,Kusnaeni, Jawoto, dll. Setelah Soekarni memberikan laporanperjalanannya ke dan dari Rangasdengklok, maka diputuskan bahwa yangakan menandatangani Proklamasiialah enam orang pemuda. Mereka adalahSukarni,Chairul Saleh, Adam Malik, Maruto Nitomihardjo, PanduKartawiguna dan Jawoto. Soekarni dan Chairul Saleh diwjibkanmenghadiri rapat yang segera akan diadakan di kediaman Laksamana Maeda.

Taklama mereka semua berangkat ketempat rapat menuju Jl. Nassau Boulevard(sekarang Jl. Iman Bonjol No. 1) dengan maksud menyaksikanpenandatangan Proklamasi. Jepang yang hadir selain Laksamana Maeda,ialah Nishi Sima, Saitodan Miyosi. Seorang lagi belum datang. Maka apabila sampai jam 2300 Yamamoto (Gunseikan) yang ditunggu –tunggu belumjuga tiba, maka Maeda akan mulai membuka perundingan. Maeda sangat berjasa karena elit Jepang, Gunseikan Yamamoto lewat telepon menolakuntuk menerima Soekarno, Hatta dan Maeda. Demikian pula Nishimura menolak memberi persetujuan resmi terhadap setiap tindakan bebas Indonesia, tetapi akhirnya memberi kesempatan bahwa Proklamasi mungkindapat dilakukan tanpa sepengetahuannya.Akhirnya Laksamana Maeda,membuka rapat dan mengemukakan, bahwa dia mengerti dan setuju dengan hasrat pemuda,yakni Indonesia Merdeka. Cuma dia menyesali atasterjadinya perpecahan antara golongan tua dengan golongan muda.

Hatta,mengemukakan, bahwa pernyataan kemerdekaan pada malam hari itu tidak bisa dihalang – halangi lagi. Hanya dia berharap supaya bahaya pertempuran secara besar – besaran antara Jepang dan rakyat/Pemuda Indonesia dapat dihindarkan. Dikemukakan pula, kalau golongan tua tidakmengakui kehendak pemuda, maka mereka pun (golongan tua) akan terancam bahaya. Hatta menganjurkan untuk mecari jalan yang terbaik.

Sementara Soekarno memperkuat pandangan Hatta – Subardjo dengan mengatakan bahwa: “Kalau sampai lewat jam 1200 malam ini belum ada keputusan, maka gerakan pertama barang kali akan dilakukan oleh Pemuda. Pihak Jepang juga sudah banyak yang ditawan, kami pun dalam bahaya”.

Setelah perundingan selesai, maka Bung Karno berangkat katanya hendak menjumpaiYamamoto yang ingin berbicara dengannya dan Bung Karno berjanji akan mengumumkan Proklamasi dan mengumpulkan para pemimpin.

Hadirdalam rapat tersebut antara lain ialah : Mr. Subardjo, M. Sutardjo,Teuku Moh. Hasan, Mr. Latuharhary, Dr.Radjiman Wediodiningrat, Dr. M.Amir, Mr. Dr. Supomo, Dr. G.S.J.J. Ratulangi, I.Gusti Ketut Puja, R.Otto Iskandar Dinata, Andi Sultan Daeng Raja, M. A. Abbas, Andi Pangeran, Supeno, Gunadi, Semaun Bakri, Sayuti Melik, B. M. Diah, JusufKunto, Chairul Saleh, Soekarni, Dr. Samsi, Dr. Buntaran, Mr. Iwa Kusuma Sumantri, Kamidan, A. R. Rivai. Semua 26 orang, sedang 4 orang Jepangyang semula hadir telah meninggalkan tempat. Sekembali Bung Karno,sekitar pukul 01.30 dini hari mereka mulai membicarakan susunan kata –kata Proklamasi dancara – caranya. Sukarno – Hatta mengusulkan agarProklamasi dibacakan besuk siang hari, tanggal 17 yang ditandatanganidan diumumkan di muka Anggota Panitya Persiapan Kemerdekaan yang ada.Praktis usul tersebut ditolak mentah – mentah oleh Soekarni dan ChairulSaleh. Mereka menolak keras karena membawa – bawa nama PPKI. KemudianSoekarni membacakan draf Proklamasi yang telah dipersiapkan olehkelompok Pemuda yakni : “Bahwa dengan ini rakyat Indonesia menyatakankemerdekaannya. Segala badan – badan Pemerintah yang ada harus direbutoleh rakyat dari orang – orang asing yang masih mempertahankannya”.

Sebaliknyaisi tek tersebut tidak memuaskan Soekarno – Hatta, karena tidak ingin Jepang menghantam rakyat Indonesia habis – habisan. Dan perdebatanpun memuncak tak ada ujung pangkal. Akhirnya diambillah jalan tengah danSayuti Melik mengetik (dengan mesin ketik pinjaman dari kedutaan Jerman) naskah yang ditulis oleh Bung Karno tersebut yang berbunyi :”Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indoenesia.Hal– hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain – laindiselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat –singkatnya”.

Setelah persoalan naskah Proklamasi selesai,kemudian muncul persoalan baru tentang siapakah yang harusmenandatanganinya. Apakah semua yang hadir seperti Declaration of Independencenya Amerika Serikat ?. Toh dengan lantangnya Chairul Saleh segera berdiri dan mengatakan : “Kami golongan pemuda tidak sudimenandatangani naskah ini dengan orang – orang Jepang itu”(yangdimaksudkan adalah anggota PPKI). Dan ngotot mengusulkan enam orangyang telah dibicarakan di Manggarai sebelumnya.

Sebaliknya pada saat itu Soekarni tidak menyetujui usul karibnya tersebut walaupun telah mereka setujui s ebelumnya, dan ia bahkan mengusulkan bahwa cukup untuk ditanda – tangani oleh “SOEKARNO – HATTA” saja, sebagai wakil bangsa Indonesia.

Usul tersebut akhirnya disetujui bersama.

Dalam ruang besar tersebut, jam 0400 itu Bung Karno didampingi Bung Hatta memberikan sambutan. Bung Karno mengemukakan alasan mengapa pertemuan luar biasa ini dilangsungkan pada larut malam, tentang keadaan mendesakyang telah memaksa semua untuk mempercepat pelaksanaan Prokamasi K emerdekaan. Kemudian Bung Karno dengan pelan dan tenang membacakan isiteks Proklamasi itu.

Tak ayal seusainya pembacaan tersebut kini ganti Soekarni yang mengkritiknya bahwa isi teks itu begitu lembek , terlepas dari semangat revolusioner, namun golongan tua tetap pada pendiriannya dan keamanan rakyat yang harus diutamakannya. Akhirnya teks tersebut ditandatangani dan diperbanyak untuk disebar luaskan saat itu juga keberbagai penjuru kota.

Maka atas “berkat dan rahmat TUHAN”, pada 17 Agustus 1945 yang dalam kalender Jawa jatuh pada Jumat – Legi, tanggal 9 Pasa 1876 SJ atau 8 Ramadhan 1364 H, BungKarno dengan Bung Hatta atas nama bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya. Gentha – Lonceng Naviri Kemerdekaan bertalu – talumenggema, membahana melalui lorong – lorongl angit di seluruh persada Nusantara ini, suasana keramat menjalari ke sekujur tubuh para pesertadeklarasi tersebut.

PIDATO PROKLAMASI :

Saudara – Saudara sekalian !

Sayatelah minta Saudara – Saudara hadir di sini untuk menyaksikan suatu peristiwa maha penting dalam sejarah kita. Berpuluh – puluh tahun kita bangsa Indonesia telah berjuang untuk kemerdekaan tanah air kita.Bahkan telah beratus – ratus tahun.

Gelombang aksi kita untuk mencapai kemerdekaan kita itu ada naiknya ada turunnya, tetapi jiwa kitat etap menuju ke arah cita – cita. Juga di dalam jaman Jepang ini,tampaknya saja kita menyadari kemerdekaan nasional tidak berhenti –henti.

Di dalam jaman Jepang ini tampaknya saja kita menyandar kandiri kepada mereka. Tetapi pada hakekatnya, tetap kita menyusun tenagakita sendiri, tetap kita percaya kepada kekuatan kita sendiri.

Sekarangtibalah saatnya kita benar – benar mengambil nasib bangsadan nasibtanah air kita di dalam tangan kita sendiri. Hanya bangsa yang beranimengambil nasib dalam tangan sendiri, akan dapat berdiri dengankuatnya. Maka kami, tadi malam telah mengadakan musyawarah denganpemuka – pemuka rakyat Indonesia, dari seluruh Indonesia.Permusyawaratan itu seiya – sekata berpendapat , bahwa sekaranglahdatang saatnya untuk menyatakan kemerdekaan kita.

Saudara – Saudara ! Dengan ini kami nyatakan kebulatan tekad itu.Dengar kanlah Proklamasi kami :

PROKLAMASI

Kamibangsa Indonesia denganini menyatakan Kemerdekaan Indonesia. Hal – halyang mengenai pemindahankekuasaan dan lain – lain diselenggarakandengan cara yang seksama dan dalamtempo yang sesingkat – singkatnya.

Jakarta, 17 Agustus ’05 (note: 2605 Kalender Jepang atau 1945 Masehi)

Atas nama Bangsa Indonesia


SOEKARNO – HATTA


Demikianlah Saudara – saudara!

Kita sekarang telah merdeka!

Tidak ada satu ikatan lagi yang mengikat tanah air kita dan bangsaini!

Mulai saat ini kita menyusun Negara kita ! Negara Merdeka, NegaraRepublik Indonesia, merdeka kekal – abadi.

Insya Allah, Tuhan memberkati kemerdekaan kita itu.

Gunamengetahui suasana yang maha mengharukan tersebut kiranya dapat disimakpenuturan Bu Fatmawati disamping sebagai isteri Bung Karno, beliau jugasebagai pelaku sejarah yang juga telah lama menyiapkan Bendera PusakaMerah Putih, sejak Guntur masih dalam kandungannya. Bu Fat melukiskanbahwa : “Berdiri di beranda rumah Pegangsaan Timur 56, di pagi hari 17Agustus , sesudah mengalami peristiwa – peristiwa hari – harisebelumnya, dan matahari pagi sedang meninggi, terasalah suatuketegangan yang akan meledak. Apakah itu saat – saat lahirnya kejadian–kejadian besar dalam sejarah ? Pada saat– saat itu terasa orang –orang tidak berdiri sendiri. Kita diliputi oleh suatu suana ghoib yangmengikat kita semua.Bila aku diminta untuk melukiskan kejadian –kejadian pagi itu sampai terperinci aku jelas tidak mampu “……

“Bagian–bagian kalimatnya aku ingat, terutama nadanya yang sangat bersemangattanpa teks dan merupakan pidato terpendek yang pernah diucapkan BungKarno. Tapi marilah kita kembali kepada urutan peristiwa pagi berhikmahitu. Pak Latif Hendraningrat menjadi Komandan Upacara. Bung Karnokeluar menuju corong, Bung Hatta disampingnya sedikit ke belakang(mikropon yang bersejarah ini menurut keterangan Pak Sudiro adalahmilik Saudara Gunawan yang beralamat di Salemba Tengah 24, dipinjamoleh Pak Wilopo & Pak Nyonoprawoto).

Mula – mula Bapakmengucapkan pidato di hadapan massa, yang menurut penafsiranku kuranglebih 300 orang. Pidato Bung Karno saat itu lebih berapi – api daripidato – pidato hari – hari sebelumnya, dan atau hari – hari sesudahnya.

Setelahselesai memberikan pidatonya, mulailah Bung Karno membacakan TeksProklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia. Aku melihat beberapa orangmengucurkan air mata, gembira bercampur haru. Nampak olehku Pak Suwiryoterisak– isak, demikian juga aku sendiri. Saat itu aku melihat banyaklelaki yang mengucurkam air mata. Aku lihat Bung Karno dan Bung Hattabersalaman, sementaraitu Pak Latif Hendraningrat mempersiapkan upacarapengibaran Sang Saka Merah Putih.

Aku bersama – sama dengan S. K.Trimurti menuju tiang bendera. Upacara Bendera dipimpin oleh Pak LatifHendraningrat, dengan diiringi lagu Indonesia Raya, tanpa musik.

Semuanyabegitu tertib & khusuk. Seusai upacara dilanjutkan dengan resepsidengan makanan kecil yang telah disiapkan oleh Bu Fat”.

Selangbeberapa saat setelah gema Proklamasi berkumandang datanglah duaperwira Jepang menemui Bung Karno, untung tak terjadi apa – apa.

Sebaliknyatidak demikian halnya dengan nasib Chairul Saleh dan Sukarni, setelahmengikuti pendeklarasian Proklamasi Kemerdekaan, ke duanya diajak olehNishishima ke Kebon Sirih No. 70 Asrama Kaigun, katanya untukberistirahat. Akan tetapi kenyataannya mereka dipancing ke sana untuksegera ditahan. Soekarni yang selama ini bertindak atas Pemuda Jakarta,ketika hendak keluar, oleh Jepang diancam dengan pistol. Namun usahaChairul Saleh untuk keluar berhasil. Dia bisa mendapatkan mobilKomandan,kemudian segera menjemput Soekarni & bersama – samaberangkat ke tempat persembunyiannya.

PERUNDINGAN KEPU

Parapemuda melanjutkan aksinya dengan mengadakan rapat di Kepu SelatanKemayoran di kantin Kantor Berita Antara, rumah Jawoto, jam 1700.Sementara menunggu yang lain para pemuda sibuk memperbanyak naskahProklamasi. Bak’da Magrib berkumpullah Jawoto, Kusnaeni,MarutoNitimihardjo, Wikana, Chairul Saleh, Soekarni dan Pandu KartaWiguna.Sementara Syahrir hanya mewakilkannya, ia tidak bisa datang.

Pembahasanmengarah pada tindakan apa yang harus dilakukan setelah Proklamasi.Mereka bertekad untuk menggerakkan aksi massa, mengambil alihkekuasaan dan merampas pesenjataan Jepang. Maunya merebut karena tidaktercantum di dalam teks Proklamasi, adanya hanyalah pemindahankekuasaan. Terjadilah ketegangan ketika Pandu menghunus keris sambilteriak : “Kenapa rakyat tidak bergerak ? Kenapa ?. Maruto mencobamenenangkannya dan Pandu pun dapat menahan emosinya. Akhirnya rapatmemutuskan guna mendirikan markas yang idial yakni di J l. Prapatan Xsebagi tempat basis mahasiswa yang sudah terlatih.

Chairul Salehmenyatukan berbagai elemen aksi Pemuda yang sudah bergerak baik dizaman Belanda maupun Jepangs eperti Gerindo, Suryowirawan, GPII, Perda(Pemuda Rakyat Jakarta), Pertimu (Persatuan Timur Muda), Lasykar PAI(Partai Arab Indonesia) dan lain sebagainya.

AngkatanPemuda Indonesia (API) segera dibentuk dengan markasnya di Menteng 31dengan agenda : Memperteguh Negara Kesatuan Republik Indonesiaberdasarkan kedaulatan rakyat, dengan memperjuangkan masyarakat yangadil dan makmur.

Mereka memilih Wikana sebagai Ketua denganChairul Saleh. D.N. Aidit, Darwis, A. M. Hanafi, Kusnandar, JoharNur,Chalid Rasyidi sebagai anggota pimpinan. Bersama dengan API, diSemarang didirikan Angkatan Muda Republik Indonesia (AMRI) di bawahpimpinan pemuda – pemuda Ibnu Parna, Bambang Suprapto, S. Karna,Rochyati, Sutiah dan Marthadi. Di Yogyakarta didirikan Pemuda PeloporNasional (PPN) yang tak lama kemudian namanya diganti dengan Gerpri,yaitu Gerakan Pemuda Republik Indonesia di bawah pimpinan SW. Lagiono,Mantoro Tirtonegoro, Hudoyo dan Asrar. Di Surabaya juga berdiri PRI( Pemuda Republik Indonesia) di bawah Sumarsono, B. Kaslan, Ruslan Wijayasastra. Tak ketinggalan di Bandung dan Cirebon.

Dalam sekejab lahirlah dimana –mana tentara revolusi yang tak terbilang banyaknya, dimana saja dijumpai bangsa Indonesia disitu hiduplah semangat dan roh kemerdekaan yang menyala – nyala. Jika dalam keadaan biasa Jakarta diliputi oleh suasana tenteram, maka pada saat proklamasi semuanya menjadi berubah. Para pemimpin dianggapnya tak pernah memperhitungkan kekuatan tentara rakyat yang lahir dari rahimnya revolusi.

Sehari setelah Proklamasi Kemerdekaan :

18 AGUSTUS 1945 PASKA PROKLAMASI

Hari ini, 65 tahun yang lalu merupakan hari pertama bagi PPKI guna menggelar rapat untuk menyusunpemerintahan. Selain Anggota PPKI yang diangkat maka diadakan penambahan 8orang anggota lagi yang mewakili berbagai unsur :

1. Ungsur Pangrehpraja : RAA. Wiranata Kusumah.

2. Unsur PETA yakni : Mr. Kasman Singadimejo.

3. Unsur Pendidikan : Ki Hajar Dewantara.

4. Unsur Pemuda : Chairul Saleh, Sukarni dan Wikana.

5. Unsur Golongan Tua : Mr. Iwa Kusuma Sumantri & Sayuti Melik.

Perdebatan panas telah mulai saat dibuka, dimana pihak Pemuda mendesak agar rapat tidak diadakan di Pejambon dan namanya bukanlah Panitya Pesiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) melainkan harus diganti dengan Komite Nasional Indonesia. Dan memutuskan dengan segalanya yang berbau Jepang serta rapat di tempat lain agar rakyat dapat mengikutinya.

Bung Hatta sebaliknya menyatakan bahwa Sukarno – Hatta sulit memisahkan tanggung jawabnya terhadap Jepang dan terhadap rakyat Indonesia. Jepang menyatakan bahwa rapat ini rapat PPKI, sedang rakyat Indonesia menyatakan bahwa rapat ini adalah Rapat Komite Nasional Indonesia yang Pertama. Ke tiga tokoh Pemuda tersebut bergeming, tetap dalam prinsipnya tidak dapat menerima jalan pikiran Soekarno – Hatta, maka mereka memutuskan "work – out", meninggalkan ruang sidang.

Sidang18 Agutus 1945 mengambil keputusan penting yakni :

%. Mengesahkan UUD 1945 setelah Sila I, Pancasila disempurnakan atas inisiatip Bung Hatta yang disetujui oleh anggota - anggota

dimana : "Ketuhanan dengan menjalankan syarat Islam bagi pemeluk – pemeluknya dimana tujuh kata terakhir dihilangkan dan

menjadi "Ketuhanan Yang Maha Esa".

%. Mengangkat Bung Karno sebagai Presiden dan Bung Hatta sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia.

%. Pengangkatan lima gubernuryakni Mr. Teuku Moh. Hassan untuk Sumatera; Ir. Pangeran Noor untuk Kalimantan; Dr. Sam Ratulangi

untuk Sulawesi; Mr. Latu Harhary untuk Maluku dan Mr. Pudjo untuk Kepulauan Sunda Kecil.

Perlu dicatat bahwa pengangkatan Suwiryo sebagai Walikota Jakarta, R. Sutarjo Kartodikusumo sebagai gubernur Jawa Barat,R. Pandji Soeroso sebagai gubernur Jawa Tengah dan RM. Suryo sebagai gubernur Jawa Timur baru dilakukan pada 6 September 1945. Kemudian diangkat pula Mr. Teuku Hassan, untuk Sumatera. Adapun ke empat gubernur yang lain tidak berhasil menegakkan kedaulatan Republik Indonesia, karena daerahnya masing – masing telah dikuasai oleh aparat colonial Belanda dengan bantuan angkatan perang Sekutu. Seperti Pangeran M.Noor (Kalimantan), Dr. G. S. S. J. Ratu Langie (Sulawesi),Mr. Latuharhary (Maluku) dan I. G. Ketut Puja (Sunda Kecila) terpaksa kemudian mereka mengatur pemerintahannya dari Jawa.

Sementara Kabinet Presidensial I di bawah Bung Karno terbentuk pada 2 September1945 dan berakhir pada 20 Oktober 1945, namun pemerintahannya masih dikuasai oleh Jepang, sebagai penerima mandat untuk kemudian menyerahkannya kepada Sekutu.

Dankira – kira seminggu paska Proklamasi PPKI menyetujui usul Chairul Saleh untuk membentuk parlemen yang waktu itu dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dan memberi keleluasaan terhadap kiprah kaum muda. Pasca Proklamasi keadaan semakin genting dimana –mana terjadi baku tembak antara pasukan Inggris Gurkha dengan pejuang revolusi, tak ketinggalan Bung Karno dan Bu Fat pun harus berpindah – pindah tempat dan melakukan penyamaran. Bila Bung Karno menyamar sebagai tukang sayur dengan jalan terpincang – pincang sementara Bu Fat sebagai penjaja pecel. Sebagaimana penuturan Bu Fat dalam buku otobiografinya nya. Penjaga Guntur yang terpaksa berpisah dan tinggal di Bogor bersamanya yakni keluarga Harun Kabir yang akhirnya Bang Kabir ditembak oleh Sekutu di hadapan isterinya. Bahkan 5 menit setelah rombongan Guntur melewati sebuah jembatan di Bogor, jembatan tersebut, terkena tembakan mortir Gurka yang hancur berantakan.

NAH MENGAPA ANAK - ANAK BANGSA INI YANG TIDAK ADA ANDILNYA SAMA SEKALI ADA YANG JUMAWA MENAFIKAN JASA - JASA DAN WASIAT MEREKA ?. DAN MENGAKU YANG PALING BENAR, PALING BAIK, PALING BERHAK ? DIMANAKAH RASA PANGRASANYA?

BETAPA ENAKNYA, KITA TINGGAL MENERIMA, MELESTARIKAN, MENGHAYATINYA DAN MEMBERDAYAKANNYA NPKRI YANG BERDASARKAN PANCASILA DAN JUKLAKNYA UUD 1945! NAMUN BETAPA SAYANG BAGAIMANA SEKEDAR UNTUK MELAKSANAKAN SAJA KITA BELUMLAH MAMPU NAMUN JUSTRU UUD 1945 DIPERMAK NYA HABIS - HABUSAN SEMAU - MAU DIRI KITA YANG MERASA SEBAGAI WAKIL RAKYAT ? SEDANGKAN MANDAT REFORMASI PARI PURNA BUKAN UNTUK MEMBUAT UUD 2002! AKIBAT KEJUMAWAAN DAN TIDAK TAHU BERTERIMAKASIH DAN MENGHARGAI JASA - JASA FOUNDING FATHERS - BAPAK PENDIRI BANGSA TERMASUK SANG PROKLAMATOR DAN PRESIDEN I . RI. YANG SEKALIGUS MENAFIKAN BERKAT DAN RAHMAD TUHAN SERU SEKALIAN ALAM YANG TELAH MERIDHOI BERDIRINYA NPKRI INI YG BERDASARKAN PANCASILA SEBAGAI LANDASAN IDIOLOGIS, MORAL - SPIRITUAL DAN UUD 1945 SEBAGAI LANDASAN KONSTITUSIONAL - OPERASIONAL DALAM MENATA LAKSANKAN KEHIDUPAN BERBANGSA & BERNEGARA INI? BUMI DAN LANGIT SEBAGI SAKSINYA YANG SEKALIGUS TELAH MENCUKUPI SEGALA KEBUTAHANNYA

AKIBATNYA NEGERI INI MENJADI SUNGSANG BAWANA BALIK SEBAGAI NEGERI REPUBLIK PARA MAFIA, NEGERI TANPA KEPEMIMPINAN, NEGERI ANTAH BERANTAH, DAN ENTAH APA LAGI SEBUTANNYA DIMANA DEMOKRASI YANG MEREKA JADIKAN PANGLIMA KINI JUSTRU TERANCAM DENGAN KENYATAAN PARA PEMUDANYA JUSTRU KINI "APOLITIS" DAN OLIGARKI KEKUASAAN PUN TERJADI BUKAN LAGI SEKEDAR OLIGARKI EKONOMI LAGI! PEMERINTAHAN OLIGARKI YANG DIJALANKAN SEKELOMPOK ORANG TERTENTU AKAN SANGAT MENGANCAM KELANGSUNGAN BERBANGSA DAN BERNEGARA.BAGAIMANA MUNGKIN SEBAGAI NEGARA PUN KINI TAK BERDAULAT KARENA HANYA MEMILIKI KEDAULATAN YANG TERBATAS PADA LIMA KEWENANGAN YAKNI BIDANG : (1). POLITIK LUAR NEGERI (2). AGAMA (3). FISCAL & MONETER (4). PERATAHANAN & KEAMANAN DAN (5). YUSTISIA.

IRONISNYA BIDANG PERTAHANAN & KEAMANAN PUN BEGITU MUDAHNYA DIANULIR OLEH PEMDA DAN ATAU DPRD SEBAGAIMANA KASUS DEFENSE COOPERATION AGREEMENT (DCA) DENGAN SINGAPURA YANG DITENTANG HABIS - HABISAN OLEH PEMPROV YANG DAERAHNYA AKAN DIJADIKAN AREAL BRAVO AJANG LATIHAN PERANG2AN BAGI SINGAPURA DENGAN KRONI2 NYA!

WAHAI PARA ELANG RAJAWALI JANGANLAH HANYA TERBANG TINGGI TAPI CENGKERAMKANLAH - SELAMATKANLAH FILOSOFI BANGSA - PANDANGAN HIDUP BANGSA, ALAT PEMERSATU BANGSA, NURANI BANGSA DAN RAHIM KEBUDAYAAN, PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA ITU!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar