Kamis, 22 Juli 2010

Anggodo bikin gonjang ganjing.

Keprak Nusantara " gonjang ganjing langit kelap kelap katon tontonan aril lawan lunamaya oooooo autaaa gemleger suaraning infotaiment anyauti ....rep sanaliko kesirep solah bawaning sang Anggodo ".

Kocap kacarito ki Sriwidada Putu gedhe paring uninga :

Setelah sasmita kebangkrutan nasional yang telah terpapar di depan kita masih pula diberi peringatan oleh alam. Anggodo Widjojo CS sejatinya dipinjam oleh Alam guna menyadarkan bangsa dan negara ini agar segera sadar, tahu, mau dan mampu hijrah memperbaiki diri sesuai dan selaras dengan amanat PANCASILA & UUD 1945 PRA AMANDEMEN.

Oleh sebab itu semoga ini bukan bentuk pelanggaran HAM dan pelecehan terhadap nama - nama yang terkait disini karena semata - mata dalam rangkan menguak hikmah apa dibalik min aayaatillah (ayat - ayat TUHAN) ini. Maka sebelumnya kawula mohon dimaafkan utamanya dari OM ANGGODO, BUNG SUSNO dll. Karena apa yang dialaminya pun bisa jaditerjadi pula pada diri kita ?.

Bila saja ada polling orang - orang yang memenuhi berita baik via layar kaca maupun media cetak terdapat 3 nama yakni "ANGGODO WIDJOJO - KOMJEN SUSNO DUAJI & SRI MULYANI". LALU APA RELEVANSINYA ?

A. ALEGORIS ANGGODO WIDJOJO

Kasus Anggodo Widjojo melibatkan banyak orang. Prolog didahului oleh Anggoro Widjojo dengan Atasari Ahzar kemudian berikutnya antara lain pengacaranya Bonaran Situmeang; Komjen Susno Duaji, Wakil Jaksa Agung Abdul Hakim Ritonga, Jagung Muda Intelegen Wisnu Subrota, Wanita misterius Ong Yuliana Gunawan.
Anggodo, kepolisian dan kejaksaan versus Bibit & Chandra, wakil pimpinan KPK (Jilid II setelah Antasari).

Anggodo yang bikin geram masyarakat yang terbukti benar – benar bersalah dengan rekamannya itu namun begitu saktinya sehingga polisi angkat tangan, tak berkutik untuk menyidik dirinya bahkan Kebebasan Bibit & Chandra kembali terusik setelah gugatan Anggodo tentang SKPP Kejagung dimenengkan oleh dirinya baik di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan maupun Pengadilan Tinggi DKI, sehingga membuat Kejagung kalang kabut harus menempuh upaya yang sejatinya tak lazim dengan mengajukan banding ke Mahkamah Agung! Bagaimana Anggodo yang konon hanya jebolan klas 5 SD sehebat dan sesakti itu ?. itulah misterinya.

Para pengacaranya yang piawai bermain dibalik layar, sayang mereka kecanduan berfikir dan berperilaku secara hitam - putih yang belum tentu benar alibinya tapi karena mampu bermain pasal - jurus kera mabuk maka "MENANG", mereka lupa bahwa nurani dan kebenaran TUHAN selamanya tak dapat dikalahkannya!. Lha Om Anggodo apa sih kerugiannya tentang SKPP itu ? apa hanya sekedar kekurang cermatan alibi kejagung yang juga "Mangro tingal" tidak memilih "DEPONERING" lantas setiap orang berhak mengunggatnya ? nah disinilah schenario ALAM AGUNG itu untuk anak - anak yang disusuhinya itu bangun bahwa hukum dan keadilan di Nusantara ini tak dapat diharapkan dan bila terus saja dibiarkan "HUKUM ALAM" yang akan mengaddilinya!

Syahdan, Paska Bibid & Chandra kembali bertugas maka kasus dirinya dilimpahkan kepada KPK. Oleh KPK Anggodo disidik dalam kasus penyuapan & menghalangi penyelidikan KPK, ia diduga melanggar pasal 15 UU No. 31/1999 tentang Tipikor yakni upayanya melakukan percobaan, pembantuan, atau pemufakatan jahat untuk melakukan korupsi. Anggodo juga dijerat pasal 21 tentang mencegah, merintangi atau menggagalkan penyidikan, penenututan, & pemeriksaan tipikor. Berkasnya sudah P21 (lengkap) yang sudah diserahkan ke bagian penuntutan per 12 April 2010. KPK hanya memiliki 14 hari kerja untuk kemudian melimpahkannya ke pengadilan. Persidangan perdana telah dimulai pada 3 Mei 2010 dan diwarnai sandiwaranya dengan pura - pura sakit dan mendengkur, sungguh 'ACTOR YANG JITU". Nah mari kita tunggu bagaimana endingnya apakah dia tetap sakti sehingga bebas dari TIPIKOR dan justru Bibit & Chandra sekalipun tidak salah harus lebih dulu menghuni hotel prodeo lagi ?.

Sebelum diseret ke muka persidangan, dia menunjukkan kesaktiannya yang ke dua kalinya karena gugatannya atas SKPP dengan tersangka Bibit & Chandra digelar di PN. Jakarta Selatan dan pihak termohon I adalah Kejagung cq Kejati DKI Jakarta cq Kejari Jakarta Selatan. Pihak termohon ke dua adalah Kapolri cq Kabareskrim Mabes Polri. Dalam sidang Senin, 12 April 2010 Kejaksaan diwakili oleh Adhi Prabowo. Menurut Bonaran, pengacaranya (lengkapnya plus Robert Situmeang dan Alexander Arief, Anggodo adalah “saksi korban” sehubungan SKPP tersebut. Hebat bukan ?.
Gugatan Pra peradilan tersebut ia menangkannya pula!

Pusat Kajian Antikorupsi Universitas Gadjah Mada mempertanyakan kedudukan hukum Anggodo Widjojo dalam menggugat Surat Ketetapan Pemberhentian Penuntutan (SKPP) kasus Bibit Samad Rianto dan Chandra M Hamzah.
Seperti diketahui, Pengadilan Negeri Jakarta Selatan mengabulkan gugatan Anggodo itu. Implikasi putusan ini, kasus dugaan menerima suap dengan tersangka Bibit-Chandra harus dilanjutkan ke pengadilan.
"Anggodo dalam putusan itu disebut saksi korban? Anggodo kan tidak berkaitan dengan dugaan penyelewengan jabatan yang dialamatkan kepada Bibit - Chandra," kata dia.
Seharusnya, imbuhnya, saksi korban adalah pengusaha yang disebut telah dirugikan karena dicegah ke luar negeri oleh Bibit - Chandra. "Djoko Tjandra dan Anggoro Widjojo, bukan Anggodo," katanya.

Guna menangkap suara – suara alam atas caraut marut berbangsa & bernegara ini semoga tidak terlalu banyak kesalahan karena didasari oleh niat suci dan laku suci untuk terjadinya gerakan “awakening – consciousness” bersama. Nama – nama tersebut bisa jadi memiliki makna dan pesan alegoris dari alam agung sebagai berikut :

Anggoro Widjojo, Anggoro adalah bahasa Kawi untuk nama hari, sekarang identik dengan “Selasa” dan widjojo adalah identik dengan kejayaan, kedigdayaan dan sebagainya. Disisi lain menyiratkan adanya “Anggo “ yakni badan & “Goro – goro yang (wi)jaya atau dahsyat”. Bukankah dia sebagai sumber orang yang berbuat goro – goro benar adanya sehingga centang perenang permafiaan ini menimbulkan goro – goro di bidang hukum dan keadilan ?.

Antasari identik menjadi “sarinya negeri Anta(h) berantah” dengan gebrakannya yang spektakulersebagaimana didambakan oleh rakyat.

Anggodo Widjojo adalah alegoris dari Panglima Perang Negeri Kiskendo (kerajaan wanara/keradalam kisah pewayangan era Ramayana.

Susno Duaji bisa jadi memiliki makna, sas – sus (desas – desus) e ana, rumornya ada yaknimelakukan adharma dan sekaligus dharma yang menjadi “dua – ji”, dua – duanya menjadi siji (satu).

Abdul Hakim Ritonga, Abdul(lah) adalah anak nya "Sang hakim", yang malang karena "RI" (dikemudian hari) menjadi “(TANGA), BA THA NGA! yakni ” bathang atau jisim". Bukankah untuk menjadi Jaksa Agung tinggal selangkah lagi namun kandas karena menjadi jisim akibat serumnya Anggodo yang mematikannya itu. Sungguh pun demikian dia adalah sosok patriotic karena dengan suka cita mengundurkan diri dari jabatan yang menjulang tersebut.

Adakah pejabat di negeri ini seperti itu?

Wahyu Subroto, adalah sosok yang gentur tarak brata (puasa/bertapa) sehingga mendapatkan wahyu! Tapi kini utopis karena realitanya - kebalikannya. Tak ada lagi (kecualiSultan HB X menjelang lengsernya Pak Harto) yang mengikuti jejak PM. Gajah Mada yang mutih hampir dwidasa warsa untuk mempersatukan Nusantara, juga P. Senopati, Sultan Agung dll yang tarak brata untuk mendapat pertolongan TUHAN dalam keruwetan tata keprajaan! Maka kini mawut - mawut!

Bonaran Situmeang, bisa jadi makna dari statemen “Beneran nih mang, ada “cicak lawan buaya?” sebagaimana pernyataan “situ” Bang Susno ?.

Ong Juliana, bisa jadi ONG (HONG) Asma – NYA, Jul (Jal = Dajjal) artinya bahwa setelah tak lagi umat manusia membaktikan dirinya terhadap Allah (HONG) maka manusia ini akan begitu mudah menjadi kawan atau justru lasykarnya Dajjal. Walahu ‘alam bhisawab.

Muladi, nampaknya gabungan dari dua kata mulad yakni melihat dan adhi yakni baik atau mulad salira. Dia sadar bahwa rekayasa menjerat Bibit – Candra adalah sebuah adharma maka ia harus menyuarakan hati nuraninya – suatu kebenaran itu.

Julianto, yang dianggap missing link karena tak dapat diketemukan sosoknya, adalah merupakan alegoris yang mirip dengan Juliana (wanita) tersebut. Yang keduanya begitu aman tak tersentuh jejak kepolisian sekalipun nama Presiden SBY ikut terseret dalam drama antagonis tsb.

Bibit adalah tunas – tunas muda.

Chandra adalah bulan yang menyinari alam semesta raya.

Kemudian apa makna dari alegoris atas nama – nama tersebut ?
Marilah kita simak secara seksama dan para pembaca dapat menambahkannya sesuai ketajaman visionernya masing – masing.

Syahdan siapakah gerangan Anggodo itu dalam dunia pewayangan ?

ANGGODO adalah salah seorang senopati brigade wanara negeri Kiskenda dalam rezim Prabhu Sugriwa. Ayahnya bernama Resi Subali, ibunya bernama Dewi Tara, putri Bathara Indra. Subali dan adik kandungnya Sugriwa, atas perintah dewata telah memenangkan dalam perang melawan Prabhu Maesasura, dengan seluruh bala tentaranya. Sesudah peristiwa Kiskenda, Sugriwa dikawinkan dengan Dewi Tara dan dinobatkan menjadi raja. Kerajaan Kiskenda dihadiahkan kepadanya. Atas hasut dan fitnah Prabhu Dasamuka (Prabhu Rahwana), Negara Kiskenda diserang Subali, karena merasa, bahwa kemenangan atas Kiskenda, Subalilah yang melakukannya, dialah yang amat berjasa. Prabhu Sugriwa dengan tentaranya terpaksa meninggalkan negaranya untuk berhijrah. Subali akhirnya menduduki Kiskenda dan memperisteri Dewi Tara oleh sebab itu lahirlah bayi wanara “ANGGADA” tersebut.

Konon Sugriwa dapat kembali menduduki Kiskenda setelah Subali dapat dibinasakan oleh Sri Rama. Maka Anggada tetap mengikuti Ibundanya, yang kembali pada pelukan Sugriwa. Praktis Anggada merupakan kemenakannya yang sekaligus anak tiri Sugriwa. Dalam lakon “Anoman Duta”, Anggada sangat iri hati atas penobatan Anoman, saudara sepupunya, sebagai duta ke Alengka untuk menyelidiki tempat Dewi Sinta (permaisuri Sri Rama) yang diculik oleh Dasamuka. Sebaliknya dalam lakon “Anggada Balik”, ia diutus oleh Sri Rama guna mengukur kekuatan bala tentara Alengka. Karena justru adanya kontra intelegen, Anggada dihasut oleh Dasamuka bila Subali, ayahnya dibunuh oleh Sri Rama, maka tak ayal Anggada mengamuk membabi buta ingin membunuh Sri Rama. Anoman melihat sepupunya kesetanan terpaksa harus Mengkaonya dan ternyata begitu mudah ditaklukkan dan diinsyafkannya.

Denga kesadaran baru setelah mendapat aufklarung, enlightening atau pencerahan tersebut semangat bela Negara berkobar – kobar sehingga kembali menyerang dan berhasil membawa pulang mahkota Prabhu Dasamuka dan dipersembahkannya kepada Sri Rama. Dalam perang besar Alengka Diraja, Anggada pilih tanding, ia berhadapan dengan putra mahkota Alengka R. Indrajit (Megananda), putra Dewi Tari, yang juga saudara sepupunya. Oleh jasa – jasanya itulah dia mendapat gelar “JAYA” yang berarti unggul sehingga nama lengkapnya menjadi “JAYA ANGGADA”. Seperti lakon lainnya tak dikisahkan kapan Anggada itu berakhir (mati) ?.

Nah bisa jadi sifat kera yang rakus, protektif, over confidence, merasa menangan itu akan terus hidup dalam jutaan Anggodo – Anggodo Wijoyo yang lain. Bukankah Anggodo juga protectif terhadap abangnya sehingga seribu satu cara pun ia tempuh ? bahkan rahasia dan nasib abangnya serta keluarganya pun ia wartakan demi mendapatkan emphati masyarakat Indonesia ?.

Dalam kasus Anggodo, yang terprovokasi oleh Anggoro abangnya yang esensinya pembuat goro – goro, mereka ingin menghancurkan KPK dengan pundi – pundi yang dimilikinya. Ini nyaris sejalan Anggada yang mengamuk ingin membunuh Sri Rama, titisan Sang Hyang Wisnu (Sifat Pemelihara TUHAN) sebaliknya Anggodo Widjojo pun esensinya ingin membunuh KPK yang merupakan representative dari amanat rakyat dalam pemberantasan korupsi karena mandulnya lembaga penegak hukum. “Fox populi Fox DEI “, suwara rakyat adalah suara TUHAN, amanat rakyat adalah amanat TUHAN. Anggada hanya dapat dikalahkan oleh Anoman (Resi Mayangkara atau Palwagaseta alias kera putih) sementara Anggodo pun hanya dapat ditaklukkan oleh “Sejuta facebookers” (gerakan putih identik dengan Anoman), yang tak lain adalah gerakan hati nurani guna menegakkan perintah TUHAN (Wisnu). Seiring proses hukumnya belum usai apakah nanti akan muncul 'DUA JUTA FACE BOOKER" bila dimenangkan oleh Anggodo dan menyerahkan kepada "PENGADILAN RAKYAT" ?

Dalam mencapai tujuannya tersebut maka ia memanfaatkan teman – teman atau kroninya yang telah ia bina sejak di Surabaya maka terseretlah nama Abdul Hakim Ritonga ( yang menyiratkan abdul(lah) = anak hakim yang dikemudian hari – membunuh kariernya/mayat – bathang, karena sejatinya tinggal satu tahap lagi ia menaiki puncak jabatan tertinggi sebagai jaksa agung), juga Wisnu Subroto dan Susno Duaji. Peran Bonaran Situmeang tentu sangatlah menonjol sebagai penesehat hukum. Kemudian dalam rangka kriminalisasi pimpinan KPK ia meminta jasa Muladi untuk menyerahkan uang upeti ke mereka yang harus berjenjang via Julianto. Syukurlah sebagai sosok yang mampu mulad (slira/introspeksi) yang adi (baik dan benar serta suci), Muladi tak ingin membuat dosa baru dengan kesaksian palsunya agar Bibit dan Chandra masuk bui.

Kemudian siapakah wanita berpengaruh dalam pewayangan moyang Anggodo itu ?. Ong Juliana bisa jadi alegoris dari dunia pakeliran. Tersebutlah kisah seorang Resi bernama Gotama mempersunting Dewi Indradi seorang bidadari. Dalam perkawinannya melahirkan Dewi Anjani, Subali dan Sugriwa. Anjani memiliki Cupu Manik Astagina yang bila dibuka terlihatlah seluruh peristiwa di langit dan di bumi sampai sap tujuh. Maklum sebagai balita maka pusaka tersebut sebagai barang mainan ibarat timezone saja nampaknya. Adik – adiknya ikut nimbrung karena asyiknya, tiba – tiba ayahandanya menghampiri dan menanyakannya dari mana barang tersebut ?. Sebagai balita tak mungkin bohong maka dibeberkanlah bahwa itu pemberian ibundanya Dewi Indradi. Karena marahnya Sang resi melabrak istri tercinta dan ditanya asal usulnya namun tetap saja merahasiakannya karena itu pemberian Bethara Surya yang bisa jadi kekasih gelapnya atau selingkuhannya. Maka ia marah bersimaharaja lela maka Sang isteri disabdanya menjadi “Tugu” kemudian dilemparnya dan jatuh di tapal batas Astinapura. Sementara cupunya tersebut dilemparkan sekuat tenaga, tutupnya jatuh di Telaga Sumala sedangkan cupunya jatuh di Telaga Nirmala. Akibat kemarahannya tersebut tidaklah sadar bahwa kemudian justru mengakibatkan penderitaan anak – anaknya.

Maka ke tiga anaknya saking cintanya diburulah cupu tersebut diiringi dayang – dayangnya Endang Suwarsih (Anjani); Jembawan (Subali) dan Menda (Sugriwa). Semuanya menyelam ke telaga kecuali Anjani dan Suwarsih. Mereka tak sadar bahwa dirinya berubah menjadi kera sehingga timbullah peperangan dan setelah menyadari dirinya masing – masing ternyata saudaranya kandung. Sementara Anjani karena terik mata hari hanya membasuh mukanya dan memasukkan kakinya saja maka muka dan kakinya berbulu bagai kera. Mereka menangis dan menyesal dan segera menghadap ayahandanya agar dapat dipulihkannya kembali namun sayang Sang Ayah tiada kuasa dan menyuruhnya mereka melakukan tapa brata untuk mendapatkan pengampunan TUHAN. Syadan Anjani bertapa Nyanthoka (laku katak); Subali tapa ngalong (laiknya kelelawar besar) dan Sugriwa bertapa Ngidang layaknya seekor kijang yang disertai pengasuhnya di hutan Sunyapringga.

Konon Anjani di telaga Madirda kedatangan Sanghyang Pawana (Bethara Bayu) dan terlibatlah cinta asmara sehingga lahirlah Anoman. Anjani mendapat pengampunan Dewata sehingga berparas cantik kembali. Sementara adik – adiknya masih seperti ujut kera.

Dalam kaitan ini apakah Ong Juliana Gunawan adalah alegoris dari Dewi Indradi yang main mata dengan Bethara Surya ? Sebaliknya Ong Juliana (seolah main mata) dengan membawa – bawa nama Presiden SBY. Yang anehnya nama SBY terseret – seret pun Ong Juliana yang konon bermukim (terlempar) di Brunei Daressalam bak “tugu”, sehingga tidak diusiknya, setidaknya menjadi saksi Anggodo. Masyarakat selalu bertanya – tanya misteri apa di balik semua ini ?, sehingga SBY seolah tidak merasa terusik nama baiknya ?. Walahu ‘alam bhisahawab.

B. KOMJEN SUSUNO DUAJI

sebagai alegoris dua adi kodrati seperti baik buruk, benar salah, kaya - miskin dll. Sosok yang berbintang 3 yang dinilai banyak pihak ikut medzalimi Bibit - Chandra akhirnya menuai karma didzalimi oleh corps yang ia bela sendiri. Maka = Sas - sususe (desas - desusnya) itu memang ada yang keduanya menjadi satu (duaji). Yakni satu sisi beliau ingin membela corps Bayangkara namun karena sikon corpsnya dipenuhi aura hitam sungguh lama - lama beliau tak tahan, sehingga nuraninya berontak ingin menyuarakan suatu kebenaran sekalipun tebusannya begitu pahit.
Sebagai seorang kesatria dia bongkar mafia di corpsnya sendiri apapun resikonya tak dipedulikannya.

Diakui atau tidak sebagaimana manusia dan menduduki berbagai jabatan strategis tentu aura hitampun sebelumnya sulit dihindarinya, karena tentu dia tidak sekklas dengan senior Kapolri HUGENG IMAN SANTOSA yang amat jujur sehingga tak memiliki harta yang berarti. Akibatnya sikap team khusus presiden pemberantasan mafia korupsi bertsikap 'MANGRWA (MANGRO TINGAL - MENDUA), tidak mau melindunginya sebagai tukang pluit!
Institusi Kepolisian begitu jumawa dn arogan betapa salah dan beraninya seorang bintang 3, seharusnya ada perlakukan bijak, bajik dan arif. Karena diabaikannya itu semua semakin membuktikan kebenaran apa yang dikatakan Susno. Praperadilannya atas penangkapan dan diselnya dirinya pun keok dan dapat dipastikan dia pun kelak akan dihuninya karena pengadilan masih terselimuti oleh jiwa Anggodo. Nah dari alegoris ini negeri ini amatsangat memerlukan ribuan suno agar mampu mengalahkan jutaan anggodo! Bung Susno apapun yang anda lakukan tidaklah sia - sia, sekalipun nanti secvara permanen dihukum yang bisa jadi minimal 5 tahun tak perlu disesali sebaliknya disyukuri karena pengorbananmu tidak sia - sia dalam penegakan "dharma" di sisa hidupmu! Bravo Pak SUS!

C.ALEGORIS IBU SRIMULYANI INDRAWATI

Mbak Any ini merupakan reaktualisasi dari semangat dan jiwa Ibu kita R. A Kartini yang menerangi kaum dan bangsanya dengan semboyan “Habis Gelap Terbitlah Terang”. Nama Mbak Any lengkapnya Sri Mulyani Indrawati (SMI) memiliki alegoris dari nama Sri yakni lambang Dewi Kesuburan, Mulyani adalah wanita yang kelak hidupnya mulya dan Indra adalah maknanya pengelihatan atau panca indera yang dimiliki oleh perempuan. Bisa jadi makna yang dikehendaki orang tuanya adalah anak wanitanya ini nanti menjadi wanita utama yang mampu membuat kesuburan (kesejahteraan bagi bangsa serta memulyakan ke dua orang tuanya) yang memiliki ketajaman visioner seorang perempuan.

Sebagai pengejawantahan R.A. Kartini, ia mampu mempertahankan pertumbuhan ekonomi di tengah badai krisis global bahkan devisa Negara sempat meningkat dari US$ 50 juta menjadi US$ 60 juta pada Juni 2009.

Beberapa jam paska pengunduran dirinya pada 5 Mei 2010, para investor kecewa, ini tercermin dari penurunan IHSG, Rabo, yang mencapai 3,8% atau 112,7 poin ke level 2.846. Adapun nilai tukar rupiah merosot dari dari penutupan Selasa Rp 9.020 ke level Rp 9.110 per dollar AS. Walau ada yang mengatakan penurunan itu tidak semata – mata karena pengunduran dirinya melainkan juga dipengaruhi oleh kekawatiran investor global atas penyelesaiaan krisis keuangan di benua Eropa.

SMI yang namanya mendunia bak meteor itu amat sayang pengunduran dirinya pada 5 Mei 2010 ditengah sergapan badai sehingga menimbulkan pro dan kontra. Primadona Nusantara ini diterpa badai mulai dari skandal Bank Century, makelar pajak yang terjadi di lembaga yang dipimpinnya, perseteruannya dengan Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie, Kasus Paulus Tumewu mengenai penggelapan pajak hingga kehadirannya di gedung DPR mewakili Pemerintah dalam RPAPBN. Maka tak pelak lagi, polemik pun menyeruak dengan bumbu – bumbunya. Di satu sisi jabatan managing director World Bank yang akan digenggamnya merupakan penghargaan tertinggi bagi bangsa ini, di sisi lain dinilainya merupakan suatu rekayasa atau sandiwara demi menyelamatkan dirinya dari jerat KPK dan rezim SBY sendiri.
Yang sulit diterima akal secara mitologis konon memang itu merupakan schenario orang – orang tua pelaku sejarah agar obligasi AS, JC. Morgan, G7 yang berbentuk dolar 1934, Peru Intis, UBCN 241 – 244,dan lain sebagainya, agar dapat segera dicairkan demi kesejahteraan rakyat Nusantara yang ahir – akhir ini dalam deraan penderitaan yang tiada akhir ini. Benarkah ? atau hanya pemimpi saja ?.

Dan menurut penelusuran hiruk pikuk atau badai “Century Gate’ itu yang memaksa Budiono dan Sri Mulyani bertanggung jawabnya, dialektikanya terekam dari hari ke hari sebagai berikut :

1. 30 November 2009, SMI berinisiatif memberikan keterangan kepada KPK terkait kasus Bank Century di Kantor Kementerian Keuangan.

2. 11 Desember 2009, Untuk yang ke dua kalinya SMI beriniiatif untuk memberikan keteragan kepda KPK dikantornya.

3. 18 Desember 2009, Pansus DPR tentang hak angket Bank Century secara aklamasi menghimbau Presiden Yudhoyono guna menonaktifkan SMI dari jabatannya.

4. 13 Januari 2010, Pansus DPR tentang Hak Angket Bank Century memint keterangan SMI.

5. 8 Februari 2010, Kesimpulan sementara Fraksi Partai Golkar, Fraksi PDIP, & Partai Hanura menyatakan bahwa SMI sebagai Ketua KSSK bertanggung jawab terhadap kaus Bank Century.

6. Maret 2010, Muncul wacana pemboikotan SMI di DPR.

7. 9 April 2010, Bambang Soesatyo (F – PG), Desmon J Mahesa & Erick Satria Wardana (Fraksi Hanura) meninggalkan Rapat Kerja Badan Anggaran DPR sebagai aksi boikot atas kehadiran SMI.

8. 1 Mei 2010, Anggota Badan Anggaran dari Fraksi Hanura melakukan boikot dengan cara “wolk out”, atas kehadiran SMI.

9. 3 Mei 2010, F – PDIP & F – Hanura “wolk out”, sebagai sikap penolakan terhadap kehadira SMI dalam rapat paripurna DPR untuk pengeSahan RUU APBN – P.

10. 4 Mei 2010, KPK kembali memeriksa SMI di Kantor Kementerian Keuangan.

11. 5 Mei 2010, Presiden SBY menyetujui pengunduran diri SMI sebagai Menteri Keuangan.

Dalam Facebook muncul “Testimoni Sri Mulyani”. Intinya Sri Mulyani Indrawati tidak mau dibui karena dalam kasus Bank Century dia merasa ditipu. Akhir – akhir ini kita kenyang dengan testimony pejabat. Kalau itu benar mengapa baru sekarang diakui ?. Beberapa waktu lalu saat Yusuf Kalla masih wakil Presiden, Sri mengklaim bahwa kebijaksanan yang diambilnya sudah disetujui Kalla. Namun hari berikutnya Kalla membantah. Lebih penting lagi, mungkin sengaja Kalla tak dilibatkan dalam merumuskan atas kebijakan bank itu. Mengapa kini dia ganti merasa ditipu ?. Jika benar siapa yang menipu, untuk apa ?. (Kompas, Saptu, 12 Desember 2009).

Sementara hasil Pansus DPR “Century Gate”, menengarai secara politis bahwa telah ada penyimpangan dalam pemberian dana talangan (ballout) ke Bank Century yang menggelembung menjadi Rp 6,7 triliun. Ketua KSSK dan atau Menkeu Sri Mulayani dan mantan Gubernur BI yang kini Wapres, Budiono mereka adalah penanggung jawab utama yang merugikan keuangan Negara tersebut. Bila Mulyani pernah mengaku dibohongi oleh BI alias dia dibohongi oleh Budiono?. Sayang point entry ini oleh Pansus justru tidak diperdalam. Uniknya lagi bila diamati dengan kasus BLBI ada kemiripan tentang angka. Dana yang telah dikeluarkan Pemerintah dalam penanganan krisis keuangan rezim Pak Harto sebesar Rp 634 triliun = 6 + (3 + 4 = 7) 67 sedangkan BLBI Jilid II adalah juga Rp 6,7 triliun ? Mengapa kembali terulang ?.

Melengkapi tengara alam nampaknya ada schenario besar dari Alam Agung, dengan mengamati min aayaatillah seperti adanya kasus :

Pada 2 April 2010, terjadilah kebakaran hebat atas “Ramayana Departemen Store” di Kebayoran Lama, seiring peringatan wafatnya Isa Almasih yang tepat pada hari Jumat Kliwon. Pemilik Ramayana, Paulus Tumewu dari Kawanua , adik ipar Edy Tamsil, konon SP2 yang telah disiapkan Kejagung di era Jagung Rahman Saleh dalam penggelapan pajak dicabut atas perintah Menkeu Sri Mulyani setelah mendapat masukan dari Marsilam Simanjuntak dan gubernur Gorontalo Fadel Muhammad sehingga konon Negara dirugikan 1,8 triliun termasuk dendanya. (Interaktif TV One 26 April 2010).

Disisi lain Megawati menziarahi Pusara Bung Karno setelah nisannya digeser beberapa hari sebelumnya dengan amat rahasia yang sehari sebelumnya juga diziarahi presiden
SBY.

JAKARTA, KOMPAS.com — Ada fenomena yang menarik dalam salah satu foto yang mengabadikan peristiwa kebakaran hebat di pusat perbelanjaan Ramayana di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Jumat (2/4/2010). Lihatlah, kobaran api sempat membentuk wajah menyerupai manusia.

Kejadian aneh 21 April 2010 antara lain :

1. Gedung Kementerian Keuangan di Lapngan Banteng, terbakar.

2. Istana Silindung, Sumatera Barat terbakar.

3. Di Jl. Kartini VIII, RT 02/08, Jakarta Pusat, si rumah ”Cahya” ditemukan ular pyton dengan kepala bersinar keemasan panjang 4 M. Apa kaitannya dengan esensi dan jiwa Kartini ?

4. Presiden SBY dan isteri, menutup Rekernas Pemerintah yang dihadiri oleh SBY serta kabinet KIB II, para gubernur, para Ketua DPRD se Indonesia, pimpinan BUMN dan lembaga pemerintah, kalangan usahawan serta tehnokrat, yang dimulai sejak 19 April 2010.

5. 3 buah rangkaian gerbong kereta api terguling di sta. Kampung Bandan, 6 container ikut tujuan
Pasar Turi Surabaya muatan electronok dll. Ikut terguling.
Dalam kaitan ini seiring akan diperiksanya Sri Mulyani oleh KPK mulai 29 April 2010 nampaknya semboyan tersebut bisa terjadi terbalik menjadi “Habis terang bergantilah gelap”. Quovadis.

Tanda – tanda itu nampaknya kian nyata & bisa dirunut dari dua kejadian amuk massa yakni :

Pada 14 April 2010 terjadi kerusuhan missal, Satpol PP versus jemaah dan ahli waris Mbah Priok atau Habaib Hasan Alhadad bin Muhammad yang menewaskan 3 orang anggota Satpol PP, 28 orang luka berat, 21 orang luka sedang dan 148 orang luka ringan. Puluhan kendaraan & alat berat menjadi bangkai karena dibakar massa. Pemda tak ayal harus mengalokasikan dana sebesar 1,79 miliar guna santunan korban Koja yang diambil dari APBD.

Hanya selang seminggu yakni 22 April 2010, Kamis Batam bergolak terjadi kerusuhan rasial oleh ribuan pekerja dari PT. Draydocks World Graha, puluhan mobil hangus dibakar. 35 pekerja asing diungsikan polisi. Seminggu sebelumnya 13 April didahului Batam gelap gulita karena gangguan PLN

Hari itu pula terjadilah kebakaran yang merefleksikan anasir asing yakni :

Kuta Square, Denpasar terbakar.
Pabrik coca – cola di Mengwi, Tabanan bali pun terbakar.
Hotel JW. Marriot di Medan pun terbakar.

Perlu dicatat bahwa menurut pengamat gempa dan bencana alam dari kawan di Jogya, menengarahi terkena siklus (11X2) = 22 dimana merupakan alegoris dari diturunkannya wahyu TUHAN selama 22 tahun 2 bulan 22 hari!
Dan melalui pint entry gempa di Sinabang, NAD, pada 7 April 2010 dengan 7,2 SR ditengarahi akan terjadinya mega bencana gempa bumi lagi yang patronnya pengulangan dari 11 dan 22.

Apalagi bila kita menggunakan alegoris dengan jatuhnya pesawat kepresidenan Polandia Tupolev 154 pada Saptu 10 April 2010 yang menewaskan presiden LECH KAZYNSKI beserta isteri dan seluruh awak pesawat serta penumpang , total 98 orang tak ada satupun yang selamat dan banyak yang tak dikenalinya lagi. Yang menarik dari peristiwa ini bisa jadi ini merupakan miniatur kebalikan Indonesia yang juga memiliki bendera yang warnanya sama yakni merah dan putih hanya letaknya saja putih di atas dan merah di bawah. Juga lihat jumlah penumpang yang tewas 98 = 17(hari Proklamasi) 8 (Agutus, bulan Proklamasi). Seiring kebalikan slogan RA. Kartini tersebut maka ibu kota “Polandia” yakni “WARSAWA” bila dibalik menjadi “AWAS RAW (RIAU ?)” atau “AWAS WAR” Awas Perang (Saudara) !. Perlu diapresiasi sekalipun negeri tersebut berduka namun tetap mengirimkan delegasinya ke Solo pada (15 – 17 April 2010) dalam rangka membahas warisan budaya yang dapat dimanfaatkan sebagai jembatan dialog dan kerjasama antar Negara anggota Asia – Europe Meeting (ASEM). Sebagai pendahuluan guna pertemuan IV menteri kebudayaan Negara anggota ASEM yang akan digelar di Poznan, Polandia pada September nanti.

Perlu dicatat bahwa pada saat gempa Sinabang itu, di atas langit Tangerang, Banten terdapat “awan” yang memanjang beberapa hari. Sebelumnya pada 1993, awan gempa sebelum gempa di Kagoshima, Jepang. Awan seperti ini juga terlihat sebelum gempa besar di Kobe, 1996 dan hanya 4 jam sebelum terjadi gempa Nigata pada 2004. Juga pada gempa Jogya. Awan tersebut sebenarnya secara ilmiah merupakan gelombang electromagnetis itu sendiri terjadi akibat adanya pergeseran atau patahan lempeng bumi.

Kejadian 11 Maret 2010 (PERINGATAN SUPERSEMAR) :

1. Kebakaran di Pasar Proyek Senin yang melumatkan beberapa bangunan.

2. Pabrik Swalow di Jelembar terbakar yang memakan korban jiwa dan anehnya pada 20 Maret 2010 kembali terbakar. Anehnya : Pabrik Swalow kembali terbakar pada 20 Maret 2010.

Parta Kadang biar tidak membosankan itu saja dulu sebagai bahan renungan kita dan sebenarnya ada sebuah misteri yakni :
Secara mitologis bahwa Presiden Yudhoyono adalah merupakan satria 'SATRIA BOYONG PAMBUKANING GAPURA', yang doboyong, diangkat dan didudukkan oleh rakyatnya secara langsung sebagai amanat UUD 2002, sebagai Presiden untuk ke dua kalinya. Lalu apa relevansinya dengan 'OPENING GATE' VERSUS CENTURY GATE ? YANG SAMA - SAMA "GATE" nya ? Inilah yang perlu dikaji bahwa antara ketinggian tehnologi dan kedalaman mitologi itu sebenarnya sejajar dan saling melengkapinya.

Hanya rakyat jelata sangat menyayangkan mengapa BP SBY terprovokasi ikut mengangkat sumpah atas kasus Century Gate ?. Tengara apa ini ? Sementara terdapat benang merah bila SMI merasa ditipu oleh BI juga menyatakan bahwa sebagai seorang pemimpin harus bertanggung jawab atas yang dipimpinnya, apakah ini kata bersayap ? yang lebih mengherankan Bp Wapres Budiono pun menyatakan bahwa "Dirinya berada ditempat yang tidak tepat" ?

Oleh sebab itu rakyat sangat berharaf ada kebijakan BP Presiden untuk berani mengambik kebijakan yang ekstra revolusioner dengan slogan "INDONESIA BISA"!
BILA KEMARIN RENUNGANNYA : :KEBANGKITAN ATAU KEBANGKRUTAN BANGSA", SAJIAN INI "HABIS TERANG BERGANTILAH GELAP" ?

Pun kacarita keprak atur ki Gedhe "kawula nyuwun aksama bilih ada kalimat yang tak senonoh/Jenang sela wader kalen sesonderan/apuranta yen wonten lepat kawula"

Pra kadang skabat sedulur ing alam maya sami gumregah munjuk atur , koyo ngono tho gumelaring carios Sang Anggodo.

1 komentar:

  1. melalui Facebook :

    Bastinus Matjan
    Wau, hebat. Renungan berdasarkan fakta kesemerawutan hukum dan pelaku hukum, gambaran hatinurani boneka-boneka hukum. Demi hukum............... Cacat hukum.... dan demi undang-undang, itulah yg sering kita dengar, kita lihat di masmedia. Hasilnya adalah kehancuran bangsa.
    Bung Sriwidada Putu, setelah membaca beberapa tulisan anda, sejak tadi ... Lihat Selengkapnyamalam muncul kembali dalam benak saya, apakah Pemilu thn 2014 masih perlu apa tidak? Soalnya dari pemilu ke pemilu, tahun ketahun, negara yg ditebus dengan derita, darah dan nyawa para pejuang dan pendiri negara ini bukan makin kokoh, malah makin rapuh.
    Kasus maklar pajak Gayus, saya yakin 99,9999% tidak akan tuntas dan tidak akan bisa menyeret semua orang yg terlibat di dalamnya, karena dlm kasus ini, suara demi hukum negatif, demi demi keadilanku, demi saku ku, demi politik dagang ikan asin dan demi partai yg akan menentukannya. Harus kah aku memisahkan diri dari NKRI yg kucinta? Sampai hari ini tentu tidak. Jadi kapan? Menunggu perang saudara berkecamuk.
    22 Juni jam 11:51 ·


    Bani Efendi
    Lelakon ..begitulah untuk saat ini lelakon negri kita Indonesia , Indo ( blasteran ..) dan dlm segalanya tidak ada yg asli hanya ada yang seperti , seakan , mirip ... mirip...mirip sekali hampir sama tapi tidak asli hanya blasteran atau Indo.
    22 Juni jam 13:12... ·

    Darma Eka
    Mas Bani Effendi.... seperti inikah salah satu dari yg panjenengan maksud ilmu titen?? Wow..... gejala alam yang bisa diselaraskan dengan kenyataan2 sebagai awal terjadinya suksesi atau bahkan revolusi. Manusia yg merevolusi atau alam sendiri yg akan merevolusi tergantung ndableg tidaknya manusia.
    Kita semua tahu dan paham bagaimana trias politika ... Lihat Selengkapnyanegara kita tercinta ini, dihuni oleh para politikus2 (atau poli-tikus) dan seberapa kuat sosok SBY yang notabene menjadi Satria Yang Diusung Rakyat ketika menghadapi lembaganya adalah mantan2 tikus masa lalu yg berusaha mencari selamat (atau mempertahankan martabat sebagai tikus??), sementara pasangannya Legislatif belum mampu menempatkan sosok RATU ADIL dalam dirinya dgn maksud menerapkan kelembutan dan kepekaan (Ratu/wanita) dan adil dalam mengendalikan nafsu2nya dalam arti Memiliki rasa iri dengki (Luamah) yang memacu sebuah cita2, semangat yang membara sebagai ujud emosi (amarah) utk mendapatkan keinginan (sufiah) tapi dengan jalan yang benar tanpa harus saling menjatuhkan (mutmainah) sehingga keberadaannya di lembaga tsbt benar2 sebagai wakil rakyat bukan wakil rayap. Lembaga Yudikatif yang justru sekarang semakin terlihat jelas kebobrokan2nya, apakah sosok BIMA kini menjadi DURSASANA atau memang sejak dari dulu kita salah lihat??
    Pantas Kanjeng Ibu Pertiwi menangis tersedu airmatanya menghanyutkan ratusan jiwa, pantas kanjeng ibu pertiwi meronta meluluh lantakkan kokohnya bangunan manusia.
    Maaf....Ibu....saya hanyalah sampah yang terbuang.....

    BalasHapus